Konser Musik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan

Posted on
Pertunjukan musik berkaitan dengan persoalan komunikasi antar manusia melalui media suara. Pesan-pesan disampaikan dengan mempertunjukkan pola-pola bunyi tertentu. Pertunjukan musik tertua telah ada selama manusia mulai berkomunikasi. Diperkirakan sekitar 100.000 tahun lalu manusia menunjukkan eksistensi pertunjukan musik melalui peniruan suara alam, peristiwa meteorologi, dan panggilan binatang. Sekitar 60.000 tahun setelahnya kemunculan alat musik sejenis seruling diduga untuk tujuan rekreasi dan keagamaan. Pada abad ke-8 SM hingga abad ke-6M pertunjukan musik dalam masyarakat Yunani dan Romawi kuno mulai digunakan dalam upacara pernikahan, pemakaman, dan keagamaan. Pada abad petengahan setelahnya gereja menjadi sentral kegiatan musik di Barat. Alat musik organ digunakan untuk kepentingan peribadatan. Perjalanan pertunjukan musik dimulai dari sebuah gereja sederhana dan rumah-rumah. Setelah era Barok (1600-1750) dan seterusnya pertunjukan musik klasik mulai berkembang dengan formasi ansambel yang lengkap, ruangan besar, dan komposisi yang harmonis. Istilah pertunjukan musik secara langsung kemudian dikenal dengan istilah konser. Selama beberapa waktu musik telah berkembang dari sekadar fungsi ritual keagamaan menuju pembentukan identitas sosial. Bermain musik memiliki tingkat kebanggaan tersendiri serta didukung oleh para petinggi kerajaan saat itu. Keberadaan konser musik tidak hanya diadakan sebagai sebuah hiburan, tetapi mengandung komunikasi musikal antara musisi dan penikmat musik. Bahasa musik dapat ditangkap secara tekstual maupun kontekstual. Seseorang bisa menangkap emosi dalam sebuah lagu melalui idiom-idiom yang diciptakan. Di sisi lain, konser musik juga memberikan implikasi kultural yang tidak selalu mencirikan identitas suatu bangsa. Nilai-nilai yang tidak merepresentasikan budaya lokal terkadang digambarkan melalui simbol-simbol, bahasa dan lirik berbahasa Inggris. Idiom-idiom semacam ini telah melekat dalam industri musik Indonesia terutama di dunia musik pertunjukan.
Himpunan Seni (HIMASENI) Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan lagi-lagi membuat kegiatan yang memberikan edukasi tentang kesadaran kolektif terkait pentingnya merawat budaya melalui musik, selanjutnya membentuk pemahaman lokal yang mengarah pada identitas. Konser musik pada tanggal 6 September 2022 ini dimeriahkan oleh band-band milik Mahasiswa, Dosen Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan serta melibatkan talent dari luar kampus, antara lain Safaria Quartet (quartet gitar), Keroncong Smantree (keroncong SMA N 3 Kota Serang), Sang Bujang (Orkes Dangdut Suka Ria), Stanley Adams (All Genre band), dan masih banyak lagi. Menurut Rizki Firmansyah selaku Ketua Umum HIMASENI, kegiatan ini rencananya akan diselenggarakan secara rutin dengan mengemas pertunjukan di masing-masing bidang studi seni, dari musik, tari, hingga teater. Semoga konser musik sebagai sebuah budaya selalu dapat mengikat penonton dalam sebuah sikap baru, berbau populer, dan tidak autentik. Penulis : Dadang Dwi Septiyan