Mahasiswa Seni Pertunjukan Untirta Gelar Pengabdian Lewat Seni: Lestarikan Budaya, Bangun Masyarakat

Posted on

Serang – Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dengan pendekatan seni dan budaya sebagai sarana menghidupkan kreativitas di Kampung Sikupa, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang, pada 14–19 Juli 2025.

Kegiatan bertajuk “Menghidupkan kreativitas seni dan membangun harmoni sosial dalam unsur kesenian”. ini menjadi wujud implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mencerminkan kontribusi nyata mahasiswa terhadap masyarakat melalui bidang keilmuan dan keterampilan seni pertunjukan.

Dalam pelaksanaannya, para mahasiswa menyusun serangkaian program pelatihan dan pertunjukan kolaboratif yang melibatkan anak-anak, remaja, pemuda, hingga tokoh masyarakat desa. Agenda utama meliputi pelatihan tari tradisional, make up, dan eco print, serta pementasan seni sebagai puncak kegiatan. Selain itu, Himpunan Mahasiswa Seni juga bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten serta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten.

Mengajar Sambil Belajar, Seni untuk Semua Usia

Pelatihan tari diberikan kepada siswa sekolah dasar dan menengah pertama dengan memperkenalkan ragam tari kreasi daerah Banten. Para peserta tampak antusias mengikuti gerakan yang diajarkan oleh mahasiswa.

Sementara itu, workshop make up dan eco print menghadirkan pengalaman langsung dalam tata rias dan eco print dengan bahan-bahan yang organik. Tidak hanya diajarkan secara teknis, mahasiswa juga menyisipkan nilai-nilai filosofis dari setiap elemen seni yang diperkenalkan.

“Kami tidak hanya berbagi ilmu, tetapi juga belajar dari masyarakat. Seni pertunjukan menjadi ruang interaksi yang saling membangun,” ujar Ibnu Faissal Abyan, Ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Seni Pertunjukan Untirta, saat diwawancarai di lokasi kegiatan.

Budaya sebagai Titik Temu

Sebagai bentuk refleksi dan penguatan nilai-nilai lokal, Dadang Dwi Septiyan, S.Pd., M.Pd, dosen pembina Himpunan Mahasiswa Seni, menyatakan bahwa kegiatan pengabdian seperti ini menjadi pengalaman kontekstual penting bagi mahasiswa. “Lewat program ini, mahasiswa dapat melihat langsung bagaimana seni hidup di masyarakat, dan bagaimana mereka bisa menjadi agen pembaruan tanpa kehilangan akar budaya,” ujarnya.

Apresiasi dari Masyarakat

Kegiatan ini disambut hangat oleh masyarakat Kampung Sikupa. Antusiasme warga, terutama generasi muda, menjadi indikator keberhasilan pengabdian. Tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan rasa bangganya terhadap semangat para mahasiswa. “Melalui kegiatan ini, anak-anak kami jadi lebih mengenal budaya sendiri. Kami berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut dan menjadi agenda rutin,” katanya.

Pada malam puncak, pertunjukan seni kolaboratif antara mahasiswa dan warga setempat ditampilkan di lapangan terbuka Kampung Sikupa. Tidak hanya menjadi ajang unjuk kemampuan, pertunjukan ini juga menjadi simbol sinergi antara akademisi dan masyarakat dalam menjaga warisan budaya.

Seni Sebagai Jembatan Pengabdian

Kegiatan ini menunjukkan bahwa seni bukan hanya medium ekspresi, tetapi juga alat pemberdayaan yang kuat. Mahasiswa tidak sekadar tampil, tetapi hadir sebagai fasilitator, penggerak, dan pelestari budaya.

Dengan berakhirnya kegiatan ini, Himpunan Mahasiswa Pendidikan Seni Pertunjukan Untirta berharap dapat terus berperan aktif dalam menciptakan ruang-ruang pengabdian yang bermakna dan berkelanjutan. Seni menjadi jembatan yang menghubungkan ruang akademik dengan masyarakat secara humanis dan transformatif.

Reporter dan Editor: Dadang Dwi Septiyan