Pendidikan Seni di Era Globalisasi

Posted on

Pendidikan merupakan bagian dari yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan manusia. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia. Transformasi pendidikan menjadi tolak ukur kemajuan sebuah bangsa. Sehingga pada akhirnya bangsa-bangsa di dunia berusaha untuk terus meningkatkan mutu pendidikannya. Pendidikan terjadi melalui pengalaman peralihan informasi yang memiliki efek formatif pada cara manusia berpikir, merasa, atau tindakan yang lain. Pendidikan merupakan usaha dengan sadar untuk mengubah sikap dan mengembangkan potensi peserta didik.

Pendidikan seni yang diajarkan di perguruan tinggi memiliki tantangan yang cukup besar akibat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Hal demikian menjadi permasalahan utama dan tantangan baru bagi para akademisi seni perguruan tinggi. Globalisasi juga memberikan dampak cukup besar terhadap perkembangan seni dan pendidikan seni di mana pendidikan seni harus berbasis pada 1) ethnoscapes, pergerakan manusia termasuk turis, imigran, pengungsi; 2) mediascapes, penyebaran lintas budaya melalui visualisasi dari media; 3) technoscapes, penyebaran teknologi ke seluruh penjuru dunia; 4) financescapes, aliran uang yang melintasi sekat-sekat Negara; dan 5) ideascapes, penyebaran gagasan dan ideologi politik yang mendunia. Melihat hal demikian tentunya masyarakat dengan mudah dapat secara continue melakukan transmisi, transaksi, dan transformasi budaya dengan masyarakat lain sehingga proses pertukaran budaya dengan cepat dapat terjadi.

Pendidikan seni yang diajarkan tentu memiliki tujuan untuk mengembangkan pengalaman estetis sehingga pengajaran yang diberikan tidak hanya terbatas pada pengajaran praktik atau pelatihan keterampilan. Pendidikan seni merupakan pemahaman estetika dan pengungkapan kembali estetika dalam sebuah karya seni. Memahami estetika merupakan peristiwa memasukkan estetika melalui pengindraan rasa dan pikir untuk mengobyektifikasikan. Sama halnya dengan pengalaman seni yang melibatkan pengalaman utuh tentang perasaan, pikiran, penginderaan, dan berbagai intuisi manusia. Hanya saja pengalaman seni berlangsung dalam kualitas pengalaman tertentu yang terkadang tidak sama dengan pengalaman sehari-hari. Dalam pengalaman seni, unsur perasaan merupakan kekuatan utama yang menggerakkan dan mendasari unsur-unsur potensi manusia yang lain.

Pendidikan seni memberikan jalan kepada para peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan praktik yang spesifik untuk masing-masing disiplin ilmu seni. Sesuai dengan kemampuannya, para peserta didik belajar menggunakan sistem simbol melalui visual, kinestetik dan auditori, bahasa, bentuk dan proses untuk menyatakan gagasan dan perasaan. Pendidikan seni memberikan arti penting pada para peserta didik untuk mengembangkan proses dan keterampilan. Pendidikan seni memberikan kepada para peserta didik untuk mengembangkan suatu kemampuan untuk berpikir secara induktif, deduktif, abduktif, dan intuitif dengan menggunakan dan mencerminkan melalui pengalaman (kreasi dan/atau apresiasi) seni.  Para peserta didik belajar untuk memanage pemahaman konseptual nya, memecahkan permasalahan, membuat pertimangan, mendiskusikan dan menilai pendapat dengan sikap saling menghargai. Para peserta didik belajar untuk memahami dan menghargai produk dan proses dari cara berpikir lateral, dan menerapkan strategi (memunculkan dan mengembangkan kreativitas) tersebut untuk memecahkan masalah nya sendiri.

Pendidikan seni juga memberikan akses terhadap pemikiran dan pengetahuan yang saling berhubungan melalui aktivitas seni. Para peserta didik mengembangkan perspektif pribadi dan kepekaan yang dimiliki kepada dimensi fisik yang estetis, lingkungan rohani dan budaya. Para peserta didik akan memiliki pemahaman terhadap gaya belajar mereka sendiri, mengembangkan disiplin diri untuk bekerja dengan bebas, dan gigih terhadap tantangan pekerjaan, untuk merencanakan serta mengakomodasi kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga. Pendidikan seni juga memberikan peluang kepada peserta didik untuk belajar cara mengatur emosi di dalam suatu lingkungan yang mendukung dan aman. Para peserta didik juga diberikan pengenalan dan penggunaan kelemahan dan kekuatan yang dimiliki serta mengakumulasikan keterampilannya untuk menghadapi berbagai tantangan hidup.

Dalam perspektif masyarakat masih melihat seni hanya sekadar dari unsur estetika dan prestise belaka. Mereka lebih suka anak-anaknya belajar seni-seni tertentu saja. Mereka kurang melihat seni secara holistik atas keterkaitannya dengan sistem masyarakat. Keanekaragaman dan kekayaan seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sebuah realita yang harus disadari oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kebanggaan memiliki kekayaan seni dan budaya harus terus dilestarikan. Pelestarian terhadap seni dan budaya tersebut dilakukan dengan cara melakukan transmisi, transaksi, dan transformasi.

Transmisi budaya tidak hanya menyampaikan suatu yang material melainkan yang terpenting adalah penyampaian nilai-nilai yang dianggap baik yang telah menjadikan pedoman dalam masyarakat. Bentuk-bentuk transmisi budaya yaitu akulturasi, enkulturasi, dan sosialisasi. Transaksi budaya merupakan dialog antar budaya yang dilakukan oleh individu atau kelompok individu dengan individu atau kelompok individu lain. Transformasi budaya diartikan sebagai suatu proses dialog secara continue antara kebudayaan lokal dengan kebudayaan luar sampai dengan tahap tertentu membentuk suatu proses sintesa dengan berbagai wujud yang akan melahirkan format budaya yang istimewa. Proses akhir yang diperoleh merupakan proses inkulturasi dan akulturasi.

Paradigma pendidikan di Indonesia yang pada awalnya lebih menekankan pada sains, teknologi, dan ekonomi ternyata memberikan dampak yang kurang baik. Peserta didik le bih mengagung-agungkan kecerdasan intelektual dan mengesampingkan moralitas.  Dampak lain yaitu sikap toleransi, kepekaan terhadap rasa keindahan dan kemampuan untuk berimajinasi dan berkreasi semakin rendah. Pendidikan seni menjadi sebuah jawaban terhadap permasalahan tersebut. Di sisi lain, pendidikan seni memiliki permasalahan tersendiri. Kurangnya pendidik, sarana prasarana, dan kurikulum yang tidak mendukung merupakan kendala yang dihadapi oleh pendidikan seni. Selain itu, globalisasi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan seni dan budaya. Paradigma baru pendidikan seni terhadap perkembangan yang terjadi perlu dicanangkan. Paradigma pendidikan seni ke depan diharapkan mampu menggunakan berbagai pendekatan, agar peserta didik dapat menumbuh-kembangkan paradigma dan sikap toleransi terhadap keberagaman budaya di Indonesia. Pendidikan seni diharapkan menjadi mata kuliah yang wajib diberikan di perguruan tinggi agar mahasiswa memiliki sikap peka rasa, estetika, kreatif, dan inovatif serta memiliki karakter adaptif terhadap perubahan dan memiliki etika dalam berkarya. Pendidikan seni bukan hanya pendidikan yang ada hanya karena kebutuhan lomba seni saja melainkan sudah menjadi kebutuhan sehari-hari.

Menghadapi globalisasi, pendidikan seni diarahkan pada pendekatan multikultural sehingga dapat diterima oleh berbagai kalangan masyarakat. Pendidikan seni dengan pendekatan multikultural harus memiliki keluwesan dan bergantung pada kemampuan peserta didik dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Peran pendidikan seni diharapkan tidak hanya juga memiliki pengetahuan seni lokal saja, melainkan memiliki pengetahuan tentang seni daerah lain sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan yang lengkap tentang seni dan budaya dan toleransi dengan keberagaman.

Penulis : Dadang Dwi Septiyan.