Pengabdian Pada Masyarakat di Kampung Yudha Asri Pamarayan

Posted on

Keanekaragaman yang tersebar di tiap-tiap wilayah termasuk di Provinsi Banten, tingkah laku sosial masyarakatnya berbeda-beda. Proses akulturasi budaya yang berasal dari keanekaragaman masyarakat menjadi salah satu ciri khas yang dimiliki Banten hingga saat ini. Provinsi Banten merupakan satu dari beberapa wilayah di Indonesia yang penduduknya dikenal taat dalam menjalankan ajaran agama Islam yang dianutnya. Berkaitan dengan ungkapan diatas bahwa Selain keanekaragaman ciri khas yang dimiliki, Banten juga dikenal dengan sebutan kota santri dan kental akan nilai-nilai religius, karena sebagian besar masyarakatnya memeluk agama Islam.

Kampung Seni Yudha Asri diresmikan pada tanggal 29 Januari 2010 oleh pemerintah setempat. Keberadaan Kampung Seni Yudha Asri pada awalnya adalah sebuah gagasan unik dari Bapak M. Jupri Noor (Alm) pendiri sebuah sanggar seni, yang tercipta dari kecintaan terhadap hasil karya seni, kini Kampung Seni Yudha Asri telah menjadi sebuah kampung wisata seni yang unik. Pada tahun 1982 Bapak M. Jupri Noor (Alm) mendirikan sebuah Sanggar yang diberi nama Sanggar Bedug Yuda. Yang mengajarkan karya-karya nya dalam bentuk Seni Tari yaitu, Bedug Kerok, Beluk, Zikir Saman, Bendrong Lesung, Tongtrong atau Kentrongan, Terbang Gede dan lain-lain. Dari sekian banyak kesenian yang ada di daerah Bantenpeneliti tertarik dengan kesenian Bedug Kerok yang ada di Kampung Seni Yudha Asri Desa Mendeur Kecamatan Bandung Kabupaten Serang.

Kesenian Bedug Kerok merupakan salah satu kesenian yang didalamnya memiliki dua unsur bentuk seni, yaitu seni tari dan seni musik. Penyajian kesenian Bedug Kerok ini, bentuk penyajiannya hanya menonjolkan musik perkusi yang sangat aktraktif yang di mainkan oleh 6-7 0rang penari laki-laki sambil melakukan gerak-gerak teatrikal serta membentuk pola lanti seperti lingkaran dan angka delapan. Adapun gerakan yang ada pada kesenian ini awalnya hanya sebagai pelengkap saja karena lebih menonjolkan pola tabuhan yang beragam bunyi dan gerak-gerak bodoran yang tidak berpola, kemudian seiring perubahan waktu, Seni bedug kerok ini dari segi garapan dimodifikasi dan dikemas secara unik dengan memasukan penari perempuan kedalam garapannya tetapi tidak merubah estetika pada seni bedug kerok pada awal diciptakan. Disamping itu seni bedug kerok ini mempunyai keunikan dari segi pertunjukannya yaitu menarikan nya dengan menggunakan properti topeng bodoran yang dinamakan Topeng Reformasi dan kohkol atau kentrongan yang berbentuk ikan serta bedug kecil yang dinamakan Bedug Kerok. Gerakan yang dilakukan penari lakilakimenggunakan properti topeng karena dalam estetikanya, topeng tersebut menggambarkan karakter-karakter pejabat Negara ketika terjadinya perubahan masa orde baru ke masa reformasi. Properti topeng revormasi ini digunakan dari awal hingga akhir tarian. Di dalam tariannya terdapat beberapa jenis gerak di antaranya gerak teatrikal dan ibing pencak. Gerak-gerak teatrikal ini dibuat semacam gerak bodoran yang tujuannya untuk memberi kesan atau suasana ceria dalam alur pertunjukan kepada masyarakat. Sedangkan gerak-gerak pencak menggambarkan suatu kecemasan hingga keceriaan masyarakat tentang kejadian itu yang disimbolkan oleh properti kentrongan.

Alat-alat musik yang digunakan dalam kesenian bedug kerok ini menggunakan musik tradisional yang pola tabuhannya lebih menonjolkan pola tabuhan perkusi.Pola tabuhannya adalah pola tabuhan Babangkongan, Dog-dog Cil, Semprak Kuda, Gembrung, dan Hujan Palis. Keragaman pola tabuhannya yang dilakukan penari baik dari segi ragam pukulan maupun cara menabuh nya lebih berkreasi, tidak hanya dari segi tempo, ritme, dan dinamika tetapi juga keseragaman terlihat dari segi geraknya yang variatif.

Yang menjadi sasaran adalah anggota Sanggar Seni Yudha Asri Pamarayan. Materi kegiatan dalam Pengabdian Pada Masyarakat ini adalah olah tubuh, pelatihan kekompakkan gerak, pemahaman pola lantai, dan analisis detail musik dan tari. Luaran kegiatan ini adalah untuk menstimulus para anggota untuk giat berkesenian dan dapat menghasilkan karya-karya baru baik tari maupun musik. Manfaat kegiatan ini untuk peserta adalah membentuk sikap dan rasa cinta pada seni, kepedulian sosial, tanggungjawab terhadap kemajuan masyarakat, menambah pengetahuan tentang kesenian rakyat yang berkembang di Provinsi Banten.

Editor : Dadang Dwi Septiyan